A. Aspek Komunikasi
Keluarga-keluarga di Indonesia utamanya di daerah pedesaan umumnya mempunyai pola komunikasi yang kurang berimbang dan cenderung 1 (satu) arah, yaitu dari orang tua kepada anak. Komunikasi ini bahkan sifatnya seringkali hanya berupa perintah dan larangan. Anak yang memberi respon atau feed back negatif terhadap apa yang disampaikan orang tuanya akan dianggap melawan dan “durhaka”. Pola paternalistik juga menyebabkan suami atau ayah lebih dominan dalam pengambilan keputusan. Negosiasi sangat jarang dilakukan, utamanya untuk keputusan yang menyangkut masalah nama baik keluarga.
Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung, pola komunikasi mulai berubah seiring dengan terjadinya pergeseran nilai-nilai dan budaya. Anak-anak mulai berani mengungkapkan pendapatnya dan orang tua (walaupun sering dengan setengah terpaksa) mulai menerima umpan balik atau pesan yang disampaikan oleh anak. Di sisi lain, tekanan ekonomi yang menyebabkan kedua orang tua harus bekerja, pola kehidupan di kota-kota besar yang hedonistik dan konsumerisme menyebabkan orang tua hanya memiliki sedikit sekali waktu untuk berkomunikasi dalam keluarganya, baik dengan anak-anak maupun dengan pasangannya (istri atau suami). Continue reading →